"Pendaki tidak akan menemukan puncak yang baru,
kecuali jika dia punya keberanian untuk memulainya."
Hendri Agustin
Gunung Sibayak menjadi salah satu favorit kawan-kawan pendaki untuk berkemah atau hanya sekadar pergi dan pulang hari untuk menikmati "keanggunan" puncak dan kawahnya. Tempatnya yg tidak terlalu sulit untuk dijangkau, menjadikan gunung ini sering dikunjungi. Ada beberapa jalur pendakian menuju ke puncak Sibayak, dua diantaranya yaitu Jalur 54 dan Jalur Pariwisata. Akses yang tidak begitu sulit ini mungkin yang menjadi alasan kenapa gunung yg satu ini ramai dikunjungi.
Jalur 54 merupakan jalan setapak yg biasa dilalui kawan-kawan pendaki. Jalur ini dimulai dari Penatapan, tidak jauh dari Pabrik Air Minum ternama, "Aqua". Sedangkan Jalur Pariwisata dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, masuk dari Pintu Masuk Gundaling, Brastagi.
Beberapa waktu yg lalu tepatnya tanggal 3-4 Maret 2012, saya bareng kawan-kawan dari PMR 030 SMAN 3 Medan menguatkan langkah untuk menuju puncak Sibayak. Total kami yg berangkat 14 orang, 5 orang cowok, 9 orang cewek. Di sela-sela kepadatan aktivitas sehari-hari, sekolah, kuliah, dan kerja, kami menyempatkan diri untuk setidaknya menikmati dan mensyukuri salah satu dari milyaran keindahan yg ada di semesta ini.
Karena keterbatasan waktu, kami memutuskan melalui Jalur Pariwisata, yg sudah pasti lebih cepat dan mudah ketimbang melalui Jalur 54. Kami berangkat dari Medan Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIB. Sampai di tempat nge-camp kira-kira pukul 20.00 WIB. Kedatangan kami disambut dengan angin kencang khas pegunungan. Tanpa buang waktu kami langsung menyiapkan perlengkapan, mendirikan tenda, masak-memasak (walau cuman mie instan), plus menyusun barang-barang. Buat kondisi se-PW mungkin. Malam pertama kami isi dengan main KARTU PROK!
Awalnya ada niat naik ke puncak pas dini hari biar bisa menikmati matahari terbit dari puncak, tapi karena hujan gerimis badan pun serasa nyaman di posisi tidurnya. (Gak mau ngambil resiko jugak pastinya...)
Pagi menyambut... Sinar-sinar mentari mulai menyilaukan pandangan yg belum seratus persen fokus. Dingin malam yg buat menggigil mulai turun kasta menjadi angin pagi yg sejuk. Yang pertama kali disiapkan pagi ini tak lain dan tak bukan ya makanan. Hukum alam, lapar menyengat ketika udara dingin menyerang hehe...
Camp Area |
Gak mau buang waktu terlalu lama di camp area, setelah selesai sarapan seadanya, berbenah diri dan menyusun semua perlengkapan, tenda, alat masak-memasak, kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan menuju puncak. Medan yg harus dilalui untuk menuju daerah kawah dan puncak Sibayak tidak sesulit jalur pendakian di gunung-gunung pada umumnya. Karena Gunung Sibayak ini sendiri sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata, maka jalur untuk menuju puncak merupakan anakan-anakan tangga. Tapi walaupun begitu, tetap aja yg namanya mendaki gunung itu... Melelahkan bro!
Senyap, suara dahan yg bergoyang akibat terpaan angin, menjadi pengiring langkah kami di perjalanan menuju puncak. Banyak spot-spot bagus yg bisa kita jadikan latar belakang foto selama disini. Hamparan pohon hijau, bukit dan lembah, awan biru, semua seolah bersedia difoto. "Nikmat Allah yg mana lagi yg harus kita ingkari?"
Gak sampek sejam, kami tiba di kawah Gunung Sibayak. Hamparan pemandangan yg luas seolah-olah membuktikan kalau kita, manusia, hanya sekecil serpihan debu di alam semesta ini. Kawah yg luas dan dikelilingi tebing-tebing batu cadas menambah lengkap indahnya pemandangan di tempat ini. Ini pengalaman pertama saya dan beberapa teman lain menginjakkan kaki di tempat ini. Gak ada kata lain yg bisa diungkapkan selain "Luar biasa, sungguh besar kuasa-Mu Tuhan..."
Duduk sebentar mengeringkan keringat sambil minum segelas dua gelas air, kami langsung turun ke kawah yg terdiri dari hamparan dataran yg cukup luas, yg dihiasi susunan-susunan batu pegunungan. Terus berjalan ke pusat semburan belerang. Ya, belerang. Suara semburannya akan senantiasa menjadi pemecah kesunyian selama kita berada di sekitar kawah. Ini yg khas dari Gunung Sibayak. Jepret sana jepret sini.
Selesai dari kawah langsung lanjut ke salah satu titik tertinggi. Memang ada beberapa titik yg tinggi disini, dan kami hanya sempat mengunjungi salah satunya. Tak henti-hentinya Tuhan memberi kejutan. Luar biasa indahnya alam ini ternyata. Dari puncak ini kita bisa melihat jelas sepotong bentang alam Indonesia. Tetangga Sibayak, Gunung Sinabung, tak luput dari bidikan kamera. Luar biasaaaa.....
itu top pointnya :D |
Ini yg buat saya salut dgn mereka (wisman). Wanita dgn kondisi sedang hamil masih sanggup naik gunung, seolah gak ada takutnya. |
Perjalanan menuju puncak teratas |
Ini dia pemandangan dari puncak teratas Sibayak. Di kejauhan kelihatan Gunung Sinabung lagi duduk tenang :) |
Mungkin ini belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan perjalanan kawan-kawan pendaki lain, yg sudah naik turun dari gunung satu ke gunung lainnya. Tapi perjalanan singkat dua hari ini rasanya sudah sangat cukup buat saya untuk membuktikan betapa indahnya alam semesta tempat kita bernaung ini. Jauh dari keramaian kota. Jauh dari suara bising deru mesin kendaraan bermotor dan asap-asapnya. Yang ada hanya semilir angin lembah.
Buat kawan-kawan yg udah pernah ke Sibayak mungkin kapan-kapan kita bisa berangkat bareng. Buat yg belum, ayo sob tunggu apalagi? Dan selalu ingat slogan para pendaki,
"Jangan ambil apapun kecuali foto, dan jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki".