Kamis, 20 September 2012

Surga Kecil Di Selat Malaka

Pulau Berhala.
Pulau kecil yang termasuk salah satu pulau terluar di wilayah Sumatera Utara ini mungkin untuk saat ini belum begitu dikenal di kalangan masyarakat. Yah paling tidak belum sepopuler Brastagi dan Danau Toba lah.. Padahal pemandangan yg disuguhkan disana sangat luar biasa, bukan hanya bisa dinikmati tapi juga bisa "dimiliki". Saya aja rasanya pingin tinggal lebih lama disana. Pasir putih, pantai biru, suara semilir angin, dan semua ketenangan yang ada disana membuat kita benar-benar lupa akan kepenatan kota.



Secara Geografis Luas Pulau Induk Pulau Berhala + 44,75 Ha, sedangkan 2 Pulau disebelahnya yaitu Pulau Sokong Nenek memiliki Luas: + 0,5 Ha dan Luas Pulau Sokong Siembang: + 1,5 Ha. Pulau ini terletak pada koordinat 030 01‘ 12‘’ LU – 030 40‘ 48‘’ LU dan 980 45‘ 00‘’ BT – 990 18‘ 36‘’ BT.  Panjang Garis Pantai Pulau ini + 700 m. Pulau ini berdekatan dengan Pulau Jarak milik Malaysia.
Pulau ini dihuni oleh anggota Marinir yg bertugas menjaga pulau ini. 

Perjalanan menuju ke Pulau Berhala ini dimulai dari Medan. Untuk saat ini belum ada akses bebas yg menuju kesana. Sebenernya bisa aja sih, tapi sudah pasti makan biaya yang tinggi. Kali ini saya berangkat bareng rombongan @DigiproVacation
Kita start kumpul di Terminal Amplas Medan sekitar jam 7 pagi untuk selanjutnya berangkat ke perkampungan nelayan di daerah Serdang Berdagai tempat kita memulai perjalanan laut. Jam 8 kita bertolak dari Amplas naik angkot carteran, kurang lebih satu jam setengah kita tiba di kampung nelayan. Abis setengah jam nyiapin kapal sambil nunggu rombongan yg lain kumpul, sekitar jam 10-an lebih kapal mulai bergerak menyusuri muara sungai dan akhirnya ketemu lautan lepas.

Ini pengalaman pertama saya menyebrangi laut lepas, karena sebelumnya cuma nyebrang danau, Prapat - Tomok - Prapat hehehe. Terombang-ambing di atas gelombang air laut plus terpaan angin laut yang belum akrab sama badan, lumayan juga sih mualnya. Tapi alhamdulillah gak sampek "jackpot". Sejauh mata memandang yang ada hanya air, air, dan air. Sesekali juga kelihatan kapal-kapal nelayan yang kebetulan lewat, mungkin lagi patroli ikan kali ya. :D

Ada satu pelajaran yang bisa saya petik dari perjalanan menyeberangi lautan itu. Bahwa kita bukan siapa-siapa di dunia ini. Kita gak lebih dari sebutir debu, yang bisa kapan aja dilalap gelombang. Deburan ombak yang menghujam kapal yang kami tumpangi seolah-olah selalu ngingetin "sombong deh lu sekali aja, gue lalap nih...!!"




Setelah kurang lebih 4 jam terombang-ambing di lautan akhirnya kami tiba di dermaga pulau berhala, itu sekitar jam 2 siang. Gak mau berlama-lama larut akan boatlag seusai berlayar, saya langsung bergegas cuci muka, sholat, dan cuusss makaaaan!! Oiya semua urusan makanan udah disiapin sama mas-mas marinir disana, jadi kita gak perlu repot-repot buat nyari makanan ke warung (emang gak ada warung juga disana :D). Selesai makan, opening ceremony sebentar, party pun dimulai hehehe...


Dermaga. Pintu masuk utama Pulau Berhala


Setengah hari sore itu kami habiskan buat main volly, foto-foto, berenang, snorkeling, lanjut foto-foto lagi sampai matahari tenggelam. Berlanjut ke acara malam, makan, main games, foto-foto (lagi), main kembang api, main kartu, pokoknya apa yg bisa dimainin ya dimainin deh. Sekitar jam 11-an malem, beberapa dari kami bergerak ke arah Sokong Nenek buat ngeliat telur penyu, kebetulan di Pulau Berhala ini juga ada penangkaran penyunya. Tapi sayang kami belum beruntung. Hampir setengah jam berputar-putar tapi telur penyu yg kami cari tak juga kelihatan. Padahal masih ada jejak induk penyu yg mungkin barusan lewat di daerah situ.

Oiya sebelum lupa nulisnya, ada yg spesial di trip kali ini. Salah satu peserta trip yg kebetulan temen saya (hah temen? yakin?) ada yg ulang tahun. Jadi deh acara kerja-mengerjainya... Selamat Ulang Tahun Dedek kami...!! :)




Anak penyu (tukik) yg sedang ditangkarkan



Happy birthday Gomeeeek!! :D

Aktifitas di hari kedua gak jauh beda sama hari pertama. Tetep makan, foto, berenang, main pasir, snorkeling, foto lagi, makan lagi, dah abis hehe.. Standar gaya hidup anak pantailah, tau sendiri kan cemana. Pagi-pagi ke Sokong Nenek dan ternyata waaah..!! Saya exited disini. Walaupun malemnya udah kesana kan gak kelihatan apa-apa. Gelaaap... 
Masih pagi, air masih tenang belum ada ombak, air jugak belum hangat karena matahari belum onfire, berenang di pantai Sokong Nenek berasa lagi berenang di kolam renang air asin. Adeeeem :D

Berenang lucu di Sokong Nenek :)


Flying in the sea

Sejujurnya saya masih ingin lebih lama disini. Perjalanan 2 hari 1 malam ini belum puas rasanya "bercinta" dengan Pulau Berhala ini. Pantainya, pasir putihnya, air birunya, koral-koralnya, ikan-ikan disana, rasanya mereka pun masih ingin bercengkerama labih lama dengan kami. Tapi ya waktu juga yg harus memisahkan. Mudah-mudahan suatu saat nanti saya bisa melepas rindu ini. Thanks teman-teman, mas-mas Marinir, abang- abang dan kakak @DigiproVacation. Sampai jumpa di perjalanan-perjalanan selanjutnya. :)




Photos by Me &  @DigiproVacation

Senin, 03 September 2012

Langkah-Langkah Kecil Menuju Puncak Sibayak




"Pendaki tidak akan menemukan puncak yang baru,
kecuali jika dia punya keberanian untuk memulainya."
Hendri Agustin

Gunung Sibayak menjadi salah satu favorit kawan-kawan pendaki untuk berkemah atau hanya sekadar pergi dan pulang hari untuk menikmati "keanggunan" puncak dan kawahnya. Tempatnya yg tidak terlalu sulit untuk dijangkau, menjadikan gunung ini sering dikunjungi. Ada beberapa jalur pendakian menuju ke puncak Sibayak, dua diantaranya yaitu Jalur 54 dan Jalur Pariwisata. Akses yang tidak begitu sulit ini mungkin yang menjadi alasan kenapa gunung yg satu ini ramai dikunjungi.

Jalur 54 merupakan jalan setapak yg biasa dilalui kawan-kawan pendaki. Jalur ini dimulai dari Penatapan, tidak jauh dari Pabrik Air Minum ternama, "Aqua". Sedangkan Jalur Pariwisata dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, masuk dari Pintu Masuk Gundaling, Brastagi.

Beberapa waktu yg lalu tepatnya tanggal 3-4 Maret 2012, saya bareng kawan-kawan dari PMR 030 SMAN 3 Medan menguatkan langkah untuk menuju puncak Sibayak. Total kami yg berangkat 14 orang, 5 orang cowok, 9 orang cewek. Di sela-sela kepadatan aktivitas sehari-hari, sekolah, kuliah, dan kerja, kami menyempatkan diri untuk setidaknya menikmati dan mensyukuri salah satu dari milyaran keindahan yg ada di semesta ini.

Karena keterbatasan waktu, kami memutuskan melalui Jalur Pariwisata, yg sudah pasti lebih cepat dan mudah ketimbang melalui Jalur 54. Kami berangkat dari Medan Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIB. Sampai di tempat nge-camp kira-kira pukul 20.00 WIB. Kedatangan kami disambut dengan angin kencang khas pegunungan. Tanpa buang waktu kami langsung menyiapkan perlengkapan, mendirikan tenda, masak-memasak (walau cuman mie instan), plus menyusun barang-barang. Buat kondisi se-PW mungkin. Malam pertama kami isi dengan main KARTU PROK!

Awalnya ada niat naik ke puncak pas dini hari biar bisa menikmati matahari terbit dari puncak, tapi karena hujan gerimis badan pun serasa nyaman di posisi tidurnya. (Gak mau ngambil resiko jugak pastinya...)

Pagi menyambut... Sinar-sinar mentari mulai menyilaukan pandangan yg belum seratus persen fokus. Dingin malam yg buat menggigil mulai turun kasta menjadi angin pagi yg sejuk. Yang pertama kali disiapkan pagi ini tak lain dan tak bukan ya makanan. Hukum alam, lapar menyengat ketika udara dingin menyerang hehe...

Camp Area

Gak mau buang waktu terlalu lama di camp area, setelah selesai sarapan seadanya, berbenah diri dan menyusun semua perlengkapan, tenda, alat masak-memasak, kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan menuju puncak. Medan yg harus dilalui untuk menuju daerah kawah dan puncak Sibayak tidak sesulit jalur pendakian di gunung-gunung pada umumnya. Karena Gunung Sibayak ini sendiri sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata, maka jalur untuk menuju puncak merupakan anakan-anakan tangga. Tapi walaupun begitu, tetap aja yg namanya mendaki gunung itu... Melelahkan bro!






Senyap, suara dahan yg bergoyang akibat terpaan angin, menjadi pengiring langkah kami di perjalanan menuju puncak. Banyak spot-spot bagus yg bisa kita jadikan latar belakang foto selama disini. Hamparan pohon hijau, bukit dan lembah, awan biru, semua seolah bersedia difoto. "Nikmat Allah yg mana lagi yg harus kita ingkari?"

Gak sampek sejam, kami tiba di kawah Gunung Sibayak. Hamparan pemandangan yg luas seolah-olah membuktikan kalau kita, manusia, hanya sekecil serpihan debu di alam semesta ini. Kawah yg luas dan dikelilingi tebing-tebing batu cadas menambah lengkap  indahnya pemandangan di tempat ini. Ini pengalaman pertama saya dan beberapa teman lain menginjakkan kaki di tempat ini. Gak ada kata lain yg bisa diungkapkan selain "Luar biasa, sungguh besar kuasa-Mu Tuhan..."










Duduk sebentar mengeringkan keringat sambil minum segelas dua gelas air, kami langsung turun ke kawah yg terdiri dari hamparan dataran yg cukup luas, yg dihiasi susunan-susunan batu pegunungan. Terus berjalan ke pusat semburan belerang. Ya, belerang. Suara semburannya akan senantiasa menjadi pemecah kesunyian selama kita berada di sekitar kawah. Ini yg khas dari Gunung Sibayak. Jepret sana jepret sini.





Tepat di pusat semburan belerang

Selesai dari kawah langsung lanjut ke salah satu titik tertinggi. Memang ada beberapa titik yg tinggi disini, dan kami hanya sempat mengunjungi salah satunya. Tak henti-hentinya Tuhan memberi kejutan. Luar biasa indahnya alam ini ternyata. Dari puncak ini kita bisa melihat jelas sepotong bentang alam Indonesia. Tetangga Sibayak, Gunung Sinabung, tak luput dari bidikan kamera. Luar biasaaaa.....

itu top pointnya :D
Ini yg buat saya salut dgn mereka (wisman).
Wanita dgn kondisi sedang hamil masih sanggup naik gunung, seolah gak ada takutnya.
Perjalanan menuju puncak teratas





Ini dia pemandangan dari puncak teratas Sibayak.
Di kejauhan kelihatan Gunung Sinabung lagi duduk tenang :)













Mungkin ini belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan perjalanan kawan-kawan pendaki lain, yg sudah naik turun dari gunung satu ke gunung lainnya. Tapi perjalanan singkat dua hari ini rasanya sudah sangat cukup buat saya untuk membuktikan betapa indahnya alam semesta tempat kita bernaung ini. Jauh dari keramaian kota. Jauh dari suara bising deru mesin kendaraan bermotor dan asap-asapnya. Yang ada hanya semilir angin lembah. 





Buat kawan-kawan yg udah pernah ke Sibayak mungkin kapan-kapan kita bisa berangkat bareng. Buat yg belum, ayo sob tunggu apalagi? Dan selalu ingat slogan para pendaki, 
"Jangan ambil apapun kecuali foto, dan jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki".